Peringatan Isra Mi’raj Kamis 6 Juni 2013
Perspektif Baru
Isra Mi’raj
Oleh Ayu
Bella Fauziah
Dalam episode kehidupan Nabi Muhammad,
peristiwa Isra Mi’raj dinilai paling fenomenal, kontroversial serta memacu
polemik riuh. Hiruk-pikuk seputar Isra
Mi’raj terjadi karena data teramat terbatas.
Referensi Isra Mi’raj makin rumit setelah diketahui jika rujukan
utamanya berupa Hadis, juga kacau-balau.
Hadisnya tidak hanya lemah (dhaif),
namun, palsu (maudhu)!
Tatkala Rasulullah mangkat, maka, celah
untuk merekayasa Islam ialah Hadis.
Lewat “hadis”, orang bisa memproduksi sebuah gagasan. Di kawanan sufi, ada “hadis” populer berbunyi
“man arafa nafsahu fakad arafa rabbah”
(Siapa mengenal dirinya, berarti ia mengenal Tuhannya). Ungkapan ini seratus persen hadis palsu.
Di komunitas politisi, ada pula
“hadis” berlabel top. Bunyinya: “ikhtilafu ummati rahmah” (perpecahan di
antara umatku merupakan rahmat).
Insan terbodoh di planet ini pasti paham
bila perpecahan adalah bencana.
Perpecahan bukan rahmat alias kasih sayang. Soalnya, acap melahirkan perang dan
kriminalitas.
Ada beberapa cecunguk Yahudi penganut
Islam yang menjadi biang hadis palsu.
Tiga yang paling mashur yakni Abdullah bin Salam, Wahab bin Munabbih
serta Ka’ab al-Ahbar. Wahab bersama
Ka’ab masuk Islam sesudah Nabi Muhammad wafat.
Abdullah, Wahab berikut Ka’ab leluasa menginvasi Islam dengan
dongeng-dongeng rekaan rabi (pendeta Yahudi).
Trio Yahudi ini menginfiltrasi ajaran Islam dengan kisah-kisah Israiliyat. Mereka sosok yang membisik para perawi (periwayat) Hadis dengan cerita
yang diatasnamakan pada Rasulullah.
Masjid al-Aqsa
Sampai hari ini, masih banyak yang mengira
kalau Nabi Muhammad melakukan Isra Mi’raj dari Masjid al-Haram (Mekah) ke
Masjid al-Aqsa (Yerusalem).
Masjid al-Aqsa di Yerusalem ketika
Rasulullah melakoni Isra Mi’raj, sesungguhnya cuma bongkahan batu tempat
sujud. Tak berwujud masjid sebagaimana
dewasa ini.
Hadis yang mewartakan bahwa Masjid al-Aqsa
memiliki tiang, tentu tidak berdasar.
Hadis lain yang menukilkan bahwa Masjid al-Aqsa di Yerusalem tegak lurus
dengan pintu langit, juga tak sah.
Lebih tragis lagi, banyak kaum Muslim
menyangka Masjid al-Aqsa berkubah emas.
Kenyataannya, kubah Masjid al-Aqsa berbahan timah. Foto yang berkubah emas tiada lain Qubah ash-Shakhrah (the Dome of the Rock).
Pemerintah Israel sengaja mengekspos foto ash-Shakhrah Mosque agar umat Islam
tercuci otak jika itu Masjid al-Aqsa. Di
balik penyebaran foto tersebut, Zionis punya rencana untuk menghancurkan Masjid
al-Aqsa yang berarsitektur Mamluk.
Orang Israel yakin bila area Masjid
al-Aqsa merupakan tempat berdirinya Har
HaBayit (Temple Mount) di distrik Kota Lama (Yerusalem Timur). Selama Masjid al-Aqsa masih tegak, maka, Bait
Suci Yahudi (Har HaBayit) susah
dibangun.
Aneka data keliru perihal Isra Mi’raj dan
Masjid al-Aqsa tetap mengungkung kaum Muslim sampai sekarang. Pada esensinya, pelbagai informasi itu
berasal dari Abdullah, Wahab serta Ka’ab.
Adnal Ardhy
“Maha Suci Allah yang memperjalankan
hamba-Nya dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha yang diberkahi sekelilingnya”
(al-Isra: 1).
Banyak mufasssir
(penafsir al-Qur’an) menganggap Masjid al-Aqsa di surah al-Isra adalah Masjid al-Aqsa di Yerusalem. Kalau ini dipercaya, bermakna aspek tersebut
tidak selaras dengan al-Qur’an. Sebab,
Masjid al-Aqsa di Yerusalem tidak “diberkahi sekelilingnya”.
Sebelum Nabi Muhammad lahir, Yerusalem
selalu menjadi biang perpecahan. Di
zaman kini, Yerusalem tetap jauh dari rumus “diberkahi sekelilingnya”. Pertikaian Palestina-Israel tidak kunjung
padam. Serdadu Yahudi tetap beringas dan
kalap dalam menumpas anak-anak Palestina.
Masjid al-Aqsa artinya “masjid jauh”. Sementara al-Quran menyebut Palestina sebagai
adnal ardhy (negeri terdekat).
“Roma dikalahkan. Mereka kalah di negeri terdekat. Kemudian
Roma bakal menang setelah kekalahan itu” (ar-Rum:
2-3).
Sejarah membuktikan ramalan
al-Qur’an. Pada 614 Masehi, Raja Persia
Chaosroes II melibas kekuasaan Romawi Timur di Palestina. Di tarikh 627 Masehi, arsenal Kaisar Flavius
Heraclius Augustus balik membombardir Persia di Palestina.
Surah
ar-Rum ayat tiga melampirkan kata adnal
ardhi (negeri terdekat) untuk Palestina.
Dengan demikian, mi’raj
Rasulullah bukan di Palestina. Maklum,
kawasan tersebut hanya “negeri terdekat” dari Mekah. Selain itu, sarat konflik. Bahkan, haus darah. Hingga, sulit diyakini sebagai distrik yang
“diberkahi sekelilingnya”.
Pada hakikatnya, Masjid al-Aqsa atau
masjid jauh terletak di langit. Masjid
al-Aqsa tiada lain Baitul Makmur.
Kawasan inilah yang bertabur berkah di sekitarnya.
Baitul Makmur ibarat Baitullah (Ka’bah) di
bumi. Baitullah merupakan pusat shalat
manusia di dunia. Sedangkan Baitul
Makmur tertera sebagai kiblat Malaikat di langit.
Dispensasi Nabi Musa
Nabi Muhammad menerima langsung perintah
shalat 50 kali sehari semalam dari Allah.
Nabi Musa lantas menyuruh Rasulullah untuk kembali ke Arasy. Pasalnya, perintah 50 shalat terlalu
berat. Akhir hikayat, shalat yang dibebankan
kepada umat Islam cuma lima kali.
Siapa lebih mengerti kondisi kaum
Muslim? Allah atau Nabi Musa! Mustahil Allah membebani umat Islam dengan 50
shalat. Taruhlah tiap shalat hanya dua
rakaat. Durasi tiap shalat butuh lima
menit. Berarti 250 menit dihabiskan
untuk shalat.
Persoalan bukan pada durasi shalat yang
mencapai empat jam 10 menit. Masalahnya
yaitu pembagian waktu shalat selama 24 jam.
Pekerjaan jelas terbengkalai jika kaum Muslim diwajibkan shalat 50
kali. Tidur pun terusik. Akibatnya, kesehatan terganggu.
Dari mana babad shalat 50 kali
bermula? Siapa lagi bila bukan dari
Abdullah, Wahab bersama Ka’ab.
Trio Yahudi tersebut menghendaki supaya
umat Islam tahu diri bahwa berkat Musa Alaihissalam,
kaum Muslim diberi dispensasi. Berandal
Yahudi itu sukses besar menyelundupkan Nabi Musa ke epos apik Isra Mi’raj.
Selama 14 abad lebih sampai hari ini,
dialog Nabi Muhammad dengan Nabi Musa seputar tawar-menawar shalat, tetap
digaungkan. Umat Islam tak sadar sudah
dikibuli oleh Abdullah, Wahab maupun Ka’ab.
Kaum Muslim tidak tahu kalau Isra Mi’raj dihias ratusan kisah Israiliyat
bualan para rabi.
Abdullah, Wahab serta Ka’ab doyan
mengelabui Abu Hurairah dengan beragam “hadis”.
Trio Yahudi tersebut sesumbar bahwa “hadis” itu didengar langsung dari
Rasulullah. Padahal, yang disodorkan
bukan hadis, tetapi, dongeng-dongeng Yahudi.
Di era Khalifah Umar bin Khattab, figur
Wahab dan Ka’ab yang merupakan gudang cerita Israiliyat, repot berceloteh. Sebab, mereka didamprat oleh Khalifah Umar.
Khalifah Umar lalu mengancam Abu
Hurairah. Soalnya, mantan staf khusus
Nabi Muhammad tersebut dileleri data palsu oleh Wahab serta Ka’ab. Khalifah Umar akan mengasingkan Abu Hurairah
jika masih berhubungan dengan Wahab dan Ka’ab.
Saat ini, umat Islam mutlak bersikap
kritis terhadap sejumlah hadis. Boleh
jadi yang diduga hadis cuma dongeng dari bandit-bandit Yahudi. Waspadalah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar