Minggu, 06 November 2011

Kurban Sebagai Cinta Kepada Allah

Kurban Sebagai Cinta
Kepada Allah
Oleh Ayu Bella Fauziah
Bidan Puskesmas Panaikang

Dalam diri manusia, bergemuruh kecenderungan untuk hidup serba lengkap dan aman. Sejak bangun sebelum mentari terbit sampai tidur kala rembulan bermandi cahaya, manusia menghendaki hidup nyaman. Siang-malam ia bekerja mengais rezeki. Hasilnya, ia punya rumah ala Gedung Putih yang megah. Ia memiliki perusahaan raksasa dengan proyek berskala mega. Sementara deretan mobil mewah terparkir di garasinya.
Perjuangannya membuahkan hasil maksimal. Di sisi lain, rasa cinta terhadap harta justru membuatnya minim dalam mengingat Allah. Di tengah arus global yang sekuler serta ateistik, harta kerap membuat lupa diri. Orang lupa daratan sekaligus lupa lautan.
Fase serupa sempat menimpa Nabi Ibrahim al-Khalil. Ia teramat mencintai Nabi Ismail, putranya. Ia anak yang sopan dan cerdas. Apalagi, Nabi Ismail berparas elok dengan perawakan tegap. Tiada cacat cela di tiap inci kulitnya.
Rasa cinta berlebihan akhirnya membuat Nabi Ibrahim menafikan aturan. Ia selalu membela Nabi Ismail. Cinta yang mendalam terhadap sang putra lantas diuji oleh Allah. Tuhan memerintahkan Nabi Ibrahim menyembelih Nabi Ismail.
Nabi Ibrahim jelas kaget. Inilah ujian terberat yang pernah ia lakoni. Anak semata wayang harus dikorbankan. Sebagai seorang ulu al-azm (punya keteguhan dalam mematuhi Allah), Nabi Ibrahim akhirnya merelakan anaknya disembelih. Ia ikhlas sebagai hamba Allah.
Pengorbanan Nabi Ibrahim demi mencapai rida Allah menunjukkan sikap al-istijabah al-fauriyah (sigap menaati perintah). Sikap Nabi Ibrahim juga menandaskan shidqul istislam (jujur menjalankan perintah).
Keikhlasan Nabi Ibrahim mempertontonkan kepada kaum Muslim jika langkahnya merupakan bentuk penghambaan total. Perjuangan monoteistik serta humanistik Ibrahim Alaihissalam menjadi esensi Idul Adha. Hingga, ritual penyembelihan oleh Nabi Ibrahim menjadi refleksi semangat ketundukan kepada Allah. Selain itu, mendekatkan diri kepada sesama, khususnya yang miskin dan terpinggirkan. Pesan tegas ibadah kurban yaitu tauhid serta solidaritas sosial Islam.

Ternak Terbaik
Berkurban artinya menyembelih hewan (udhhiyah) semacam unta, sapi, kerbau, kambing atau domba. Kurban dalam bahasa Arab dinamakan qurbah yang bermakna mendekatkan diri kepada Allah. Dengan berkurban berarti seorang hamba mematuhi perintah maupun larangan Allah.
Idul Adha jatuh pada 10 Zulhijjah atau 70 hari sesudah Idul Fitri. Ikhlas menjadi tema utama di hari raya Idul Adha. Hakikat “Idul Adha” ialah menjabarkan agar insan beriman kembali kepada spirit berkurban.
Prinsip berkurban merupakan warisan ibadah yang paling tua. “Tiap umat telah Kami sediakan tata cara ibadah menyembelih kurban supaya mereka menyebut nama Allah sebagai rasa syukur atas ternak yang dilimpahkan kepadanya. Tuhanmu Maha Esa! Berserah dirilah kepada-Nya. Haturkan kabar gembira (wahai Nabi Muhammad) kepada orang yang merendahkan diri (di depan Allah)” (al-Hajj: 34).
Berkurban mulai diperintahkan tatkala Nabi Adam repot menemukan cara terbaik dalam menikahkan putra-putrinya yang kembar. Padahal, sudah diputuskan kawin secara silang. Allah lalu menitahkan Habil bersama Qabil melaksanakan kurban. Habil berkurban dengan ternak terbaik. Sedangkan Qabil mempersembahkan gandum berkualitas rendah. Kurban Qabil jelas kombinasi salah. Pasalnya, ia petani dengan madu dan anggur yang melimpah-ruah.
Habil yang ikhlas akhirnya diterima kurbannya. Ia memperoleh hidayah terindah, bak oase di tengah gurun gersang. Sementara Qabil ditolak gara-gara tidak tulus. Apalagi, ia cuma ingin mengalahkan saudaranya demi kepentingan pribadi semata. Qabil dibekap logika nafsu sesat yang tak bertepi. Sebagai insan yang berjiwa individual, egoistis serta materialistis, ia kemudian membunuh Habil demi melampiaskan sakit hatinya. Dosa besarnya pun makin berderet. Bahkan, lebih banyak dari kaki lipan (Chilopoda).
Di momen Idul Adha, umat Islam dituntut untuk mengedepankan keikhlasan. Mereka diimbau berkurban. Binatang yang dikurbankan tidak dilihat besar atau kecilnya. Allah tak menerima darah hewan kurban. Allah hanya melihat keikhlasan para hamba yang berkurban. “Bukan daging, bukan pula darahnya yang sampai kepada Allah. Pengabdian ikhlas berdasarkan takwa kamu yang justru dapat mencapai-Nya” (al-Hajj: 37).

Hamba Dunia
Prosesi penyembelihan binatang mesti dilaksanakan setelah Idul Adha dan hari tasyriq (11,12 serta 13 Zulhijjah). Satu ekor kambing cuma sah buat satu orang. Sedangkan untuk ukuran unta atau sapi nilainya sepertujuh alias seekor unta atau sapi diperuntukkan bagi tujuh orang.
Usia minimal untuk unta yakni lima tahun. Sapi dua tahun, kambing satu tahun dan domba enam bulan. Rasulullah bersabda: “Ada empat macam hewan yang tidak boleh dijadikan kurban. Binatang yang buta, sakit, pincang serta hewan tua yang tak bersumsum”.
Binatang terbaik adalah yang gemuk, sempurna tubuhnya dan elok dipandang. Nabi Muhammad pernah berkurban dengan seekor kibas (kambing Arab) pejantan. Bulu mulut, bulu mata serta bulu badannya serba hitam.
Hewan kurban boleh dimakan oleh yang berkurban dengan catatan tidak lebih dari 1/3. Sejumlah ulama sepakat mengenai distribusi binatang kurban. 1/3 dimakan oleh yang berkurban, 1/3 dihadiahkan dan 1/3 diberikan kepada fakir miskin.
Hewan kurban dianjurkan untuk dihabiskan dalam tiga hari. Hikmahnya, agar binatang kurban bisa merata pembagiannya. Rasulullah bertitah: “Seseorang tak boleh makan daging kurbannya lebih dari tiga hari”.
Kini, Idul Adha kembali datang menyapa sebagai momen inspiratif yang berlimpah hikmah. Kaum Muslim ditantang buat menggelorakan perjuangan monoteistik serta humanistik Nabi Ibrahim. Umat Islam didesak merealisasikan elemen cinta kepada Allah. Sebab, tanpa rasa cinta kepada Allah, niscaya manusia terjerumus menghambakan diri kepada dunia.
Di dasawarsa rasional-kalkulatif ini, cinta kepada harta membuat orang lupa terhadap jati dirinya. Cinta kepada anak menggiring manusia menistakan prinsip kehidupan. Anaknya melanggar hukum, tetapi, ia membelanya dengan membeli hukum.
Kurban diperintahkan kepada orang yang mampu supaya tercipta keseimbangan sosial. Kurban pun menjadi wahana ke wilayah super-conscious (Ilahiah) guna menggapai cinta kasih Allah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kafilah

8

7

Wal-Mart.com USA, LLC
MagaZimple Theme
Wal-Mart.com USA, LLC
nGikLan Theme
Wal-Mart.com USA, LLC
OkeStore Theme
Wolpeper Theme
Hosting Unlimited Indonesia
Wal-Mart.com USA, LLC
Premium Wordpress Themes
Wal-Mart.com USA, LLC
Wal-Mart.com USA, LLC
Lapax Theme
IndoStore Theme
Hosting Unlimited Indonesia
Bizniz Theme
Wal-Mart.com USA, LLC
Wal-Mart.com USA, LLC