Minggu, 06 November 2011

Imlek di Tengah Hegemoni Yuan

Imlek di Tengah Hegemoni Yuan
Oleh Ayu Bella Fauziah
Pemerhati Budaya-Budaya Timur

Warga Tionghoa yang hidup di bawah kolong langit mashur sebagai pekerja keras. Mereka tekun merintis keberhasilan. Apalagi, sejarah dan budaya China telah menempuh kurun waktu yang panjang.
Pada tahun 1 Masehi, penduduk China mencapai 57 juta jiwa. Kini, populasinya lebih 1,32 miliar. Di tiap negara, etnis China pun berbiak.
Sejarah, tradisi serta populasi yang besar membuat China selalu diperhitungkan. Di zaman ini, kultur China yang gegap gempita ialah tahun baru Imlek alias Sincia. Imlek dikenal sebagai Festival Musim Semi. Pasalnya, dimulai pada hari pertama musim semi.
Imlek hadir sekali setahun. Sedangkan yang hadir saban waktu adalah yuan atau renminbi (mata uang rakyat). Dewasa ini, yuan berkonfrontasi sengit dengan dollar.
Tatkala terjadi krisis di Asia pada 1997-1998, sejumlah negara berkembang memperkuat cadangan devisanya dengan dollar AS. Aspek tersebut sebagai skema perlindungan terhadap aneka tekanan ekonomi eksternal. Sekarang, tercatat sekitar 60 persen dollar AS yang menjadi nilai cadangan devisa dunia.
Fondasi ekonomi Paman Sam lalu tertoreh sebagai faktor tak tergantikan demi tercapainya stabilitas finansial global. Pada 2008, kedigdayaan ekonomi AS mendadak tumbang. Sebab, bertopang pada ekonomi gelembung (economic bubble) yang berbasis kredit dan spekulasi. Ekonomi gelembung memperdagangkan produk atau aset dalam volume besar dengan harga lebih tinggi ketimbang nilai intrinsiknya.
Ekonomi global lantas terseret oleh kredit macet di AS. Bank-bank di AS berstatus terrible (mengerikan). Pemulihan berjalan panjang sekaligus melelahkan gara-gara perbankan di seluruh negara maju tertekan (stressed). Lebih delapan juta pekerjaan sirna oleh investasi hipotek (mortgage) tidak jujur Wall Street.
Krisis 2008 nyaris serupa Depresi 1930-an. Periode kontraksi (pertumbuhan negatif) di segenap lini begitu membuncah. Dari konsumsi, belanja modal, investasi residensial, produksi, lapangan kerja sampai ekspor-impor.
Ideologi kompetisi tak dimiliki AS. Mereka dibekap produktivitas tenaga kerja yang rendah. Sementara kecenderungan untuk konsumsi lebih tinggi dibandingkan menabung.
Di tarikh 2010 ini, Pemerintah AS menderita defisit anggaran 1,6 triliun AS demi menstimulasi perekonomiannya. Ekonomi AS mulai tumbuh sejak 2009. Pada Juni 2009, ekonomi AS ditakdirkan sudah keluar dari resesi. Kelesuan ekonomi yang berlangsung selama 18 bulan termaktub sebagai resesi terpanjang sejak Perang Dunia II.
Sekalipun optimis menyambut pertumbuhan positif, tetapi, upaya maksimal AS masih merisaukan lantaran pengangguran melonjak, aktivitas perumahan terpuruk serta manufaktur menurun. Hatta, menimbulkan kecemasan ancaman resesi kedua (double-dip recession). Saat ini, utang riil AS mencapai 200 triliun dollar AS.

Ekspansi Tiongkok
Ketika kejayaan ekonomi AS di ambang senja, maka, China mengumandangkan fajar harapan. Ekonomi Tiongkok terus membumbung. Ideologi komunis bisa saling mengisi dengan mazhab kapitalis. Di samping itu, sistem politik China dapat mempertahankan stabilitas yang menunjang pertumbuhan ekonomi.
Cadangan devisa China mencapai 2,5 triliun dollar AS. China memerlukan satu dasawarsa guna mengumpulkan cadangan devisa 1 triliun dollar AS pertamanya yang tercapai pada 2006.
Cadangan devisa yang menumpuk, membuat China enteng menyulap yuan alias renminbi. Yuan bisa dipoles menjadi kuat sesuai ekuilibrium. Yuan pun leluasa ditekuk lemah.
Di periode ini, China terus menggenjot ekspor dengan melemahkan kurs yuan. China mempertahankan yuan undervalued (di bawah nilai sesungguhnya) sebesar 40 persen dari nilai wajarnya.
China menjalankan reformasi yuan sesuai kepentingan dan kecepatan China sendiri. Pada 13 November 2010 di forum APEC, Presiden Hu Jintao menekankan jika reformasi rezim yuan dilakukan bertahap.
Kini, China terus berekspansi. Negeri Tirai Bambu tersebut telah berinvestasi besar-besaran di Afrika. Amerika Selatan pun dijajaki. China mengalokasikan dana 10 miliar dollar AS untuk pengembangan infrastruktur di Argentina. China malahan merupakan pemegang terbesar surat utang Pemerintah AS.
Di Timor Leste, pengaruh China sudah pula tertancap. Investasi China di negeri berpenduduk satu juta jiwa itu terus mengalir. Bahkan, mencuat dugaan bila terjadi hubungan militer antara Beijing dengan Dili. Akibatnya, Australia sewot seolah takut diserang.
Industri di China menjadi pemasok utama berbagai kebutuhan negara maju. Pabrik elektronik Foxconn, umpamanya, menyuplai komponen buat Sony, Dell, Panasonic maupun Apple.

Motor Ekonomi
Dollar AS dalam beberapa pekan ke depan mungkin sangat memilukan nasibnya. Soalnya, negeri Bang Obama terus mencetak dollar AS seraya mempertahankan kebijakan suku bunga rendah mendekati nol persen. Akibatnya, meningkatkan nilai mata uang lain terhadap dollar AS. Hingga, menurunkan daya saing ekspor beberapa negara.
Di masa sekarang, Paman Sam merilis likuiditas dollar AS ke pasar sebanyak 600 miliar dollar AS. Dengan demikian, dollar AS yang beredar di dunia mencapai 10 triliun dollar AS.
Langkah Amrik menginjeksi dollar AS sebagai tindakan yang bertujuan menghidupkan ekonomi domestik. Padahal, inisiatif tersebut diprediksi memperkeruh suasana. Maklum, “uang panas” itu dianggap memerosotkan nilai cadangan devisa dunia.
Tidak terbayang sebelumnya bahwa duit bakal menjadi filosofi ekonomi. Kronik historis melampirkan kalau kota Gyges di Lydia (Timur Tengah), mencetak mata uang keping logam yang dikeluarkan pada tahun 680 sebelum Masehi.
Di Abad Naga ini, yuan akan mempengaruhi sendi perekonomian dunia. Yuan bakal berkibar seiring dominasi China di bidang ekonomi, politik, militer serta budaya. Dewasa ini, tradisi China berupa Imlek mulai dirayakan di lima benua. Arkian, warna merah seolah mendominasi planet biru ini.
Tahun baru Imlek 2562 merupakan pijakan bagi China untuk terus berkiprah di semua lini kehidupan. Sebelum pengembalian Hongkong pada 1 Juli 1997, China mengalami periode buruk selama 150 tahun. Kini, China bergerak maju. Perekonomian Negeri Tembok Raksasa (The Great Wall) tersebut dalam perspektif abad 20 dipandang paling besar. Bahkan, menggunakan teknologi paling canggih sepanjang catatan sejarah.
Tingkat prestasi China yang begitu kencang menandaskan bahwa kerja keras senantiasa membuahkan hasil. Di abad 20, AS, Jepang dan Jerman ditahbiskan sebagai motor penggerak ekonomi. Di abad 21, dekade kedua tahun pertama ini, China muskil dikejar oleh AS, Jepang serta Jerman.
Modernisasi dan reformasi berhasil menggiring yuan ke posisi teratas mata uang dunia. Di tahun baru Imlek yang bertepatan 3 Februari 2011, penduduk global kian terkesima menyaksikan keajaiban ekonomi China. “Gong Xi Fa Cai” (semoga sukses terus sembari bertambah rezeki).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kafilah

8

7

Wal-Mart.com USA, LLC
MagaZimple Theme
Wal-Mart.com USA, LLC
nGikLan Theme
Wal-Mart.com USA, LLC
OkeStore Theme
Wolpeper Theme
Hosting Unlimited Indonesia
Wal-Mart.com USA, LLC
Premium Wordpress Themes
Wal-Mart.com USA, LLC
Wal-Mart.com USA, LLC
Lapax Theme
IndoStore Theme
Hosting Unlimited Indonesia
Bizniz Theme
Wal-Mart.com USA, LLC
Wal-Mart.com USA, LLC