Kamis, 09 Februari 2012

Fajar di Era Social Network


FAJAR di Era Social Network
Oleh Ayu Bella Fauziah
Peminat Kajian Pers

      Tanpa terasa, Harian FAJAR telah melewati 31 Hari Pers Nasional. Saya beruntung sempat menengok kantor FAJAR yang terletak di lantai dua di Jalan Ahmad Yani No 15. Bangunannya kusam tanpa toilet. Kalau bertandang ke sana, tamu lewat pintu samping. Disambut tangga beton yang disambung tangga kayu. Tamu lantas berputar searah tangga kayu yang berbelok. Pengunjung lalu berjalan ke belakang sekitar 10 meter. Tidak boleh berburu-buru atau menghunjamkan kaki dengan berat tubuh. Sebab, lantainya kayu.
      Ketika berada di depan ruang redaksi, berarti di sebelah kiri terletak kantor Pemimpin Redaksi. Di sisi kanan, resepsionis yang jarang berada di tempat.
      Kalau hendak masuk ke ruang redaksi, tamu naik tiga anak tangga kayu. Ruang redaksi pun tampak. Lantai kayu di alas karpet hijau. Di sini hawa sejuk menerpa kulit. Komputer berjejer. Sesekali, redaktur berikut wartawan melongok jika ada pengunjung.
      Pada 1991, FAJAR mendiami kantor baru di Jalan Racing Center. Saat ke sana, saya tertegun. Maklum, bangunan tersebut rupanya belum rampung. Selain itu, suasana di sekitarnya terasa sunyi. Di lantai bawah bangunan, saya sempat bermain tenis meja.
Pada 2007, tatkala harian ini hijrah ke Fajar Graha Pena, saya kembali melihat kalau gedung tersebut belum kelar. Tukang-tukang kayu masih berseliweran sibuk. Ketika menerima honor tulisan, terlihat seorang tukang asyik menggergaji balok kayu. Satunya lagi memegang martil.
      Saat menjejakkan kaki di gedung gigantik itu, saya berfantasi nama Fajar Graha Pena ditransfer ke dalam bahasa asli Sulawesi Selatan. Soalnya, “graha” artinya buaya, ikan hiu, ular serta roh jahat. Sedangkan “grha” bermakna rumah, kediaman atau gedung.
Fajar Graha Pena yang berasal dari bahasa Jawa Kuno, tentu afdal bila dikonversi ke bahasa Bugis. Sebagai contoh, Bola Acca Fajar (Gedung Cendekia Fajar).
  Tak usah ada kekhawatiran “bola acca” dibaca “bola akka”. Pasalnya, dalam bahasa Indonesia, tidak ada huruf “c” dibaca “k”. “Pasca” yang diadopsi dari bahasa Sansekerta tak pernah dibaca “paska“ oleh orang yang paham bahasa.
      Kini, FAJAR makin mentereng. Gedung Fajar Graha Pena terlihat meninju cakrawala Makassar. Begitu mengesankan sebagaimana promosi festival FAJAR ketika eksodus pada 07-07-07 (7 Juli 2007) bahwa: ”more comfort, more exclusive, more expectation”.

Laboratorium Penulis
      Di era gadget ini, FAJAR mutlak memperluas basis pelanggan. Memperkuat sistem online. Perang teknologi informasi bukan cuma di tingkat empu semacam Apple, Google, Facebook atau Amazon. Perang teknologi informasi terjadi pula pada perusahaan media berskala nasional dan lokal.
      Di dasawarsa digital ini, harus ada perubahan besar pada Harian FAJAR bagi penikmatnya. FAJAR mesti mengaplikasikan suasana baru dalam kehidupan keseharian. Apalagi, media tidak mengenal rihat serta bentala. Tak ada waktu mengaso atau kendala geografis. Unsur serupa terjadi pada teknologi.
      Kristalisasi kecerdasan manusia lewat teknologi tidak mengenal kasta maupun tapal batas negara. Serbuannya bak ksatria yang menyerang musuh tanpa kenal takut. Teknologi dan media menginvasi sampai ke ruang-ruang pribadi.
      FAJAR harus terus tumbuh. Media kebanggaan Sulawesi Selatan ini wajib memiliki amunisi untuk terus menemani konsumennya. Di masa sekarang, kita berpijak pada era Social Network. Zaman Personal Computer sudah anumerta. Era Personal Computer identik dengan laptop serta handphone. Di era Social Network ini, teknologi telah bersalin rupa. Gadget spektakuler paling sakti yakni tablet dan smartphone. Wujudnya mini, namun, maksi dalam daya guna. Piranti zaman Social Network bernuansa mungil, mobile sekaligus serba touch.
      Saya mendambakan suatu hari kelak, FAJAR punya komunitas blog khusus penulis. Siapa saja yang opininya pernah dimuat FAJAR, otomatis memiliki blog yang disediakan media ini. Komunitas ini bisa menjadi layanan bagi masyarakat serta mahasiswa. Mereka dapat bertanya kepada komunitas ini lewat staf khusus FAJAR. Pembaca bukan sekedar mengapresiasi atau mengeritik opini. Mereka justru bisa lebih mengenal para penulis FAJAR.
      Dalam Komunitas Penulis FAJAR, bukan hanya satu penulis yang muncul profilnya. Secara bersamaan, data-data segenap penulis FAJAR dapat terpampang.
      Komunitas Penulis FAJAR bisa mendorong untuk membaca, menulis, menyimpan dan mengolah file. Aspek tersebut kemudian direfleksikan dengan pengetahuan serta pengalaman. Dengan demikian, Komunitas Penulis FAJAR bakal memberikan nuansa berbeda bagi siapa saja yang tertarik dunia tulis-menulis. Apalagi, berdimensi ajang sosial, wahana adu argumentasi dan saluran gagasan kreatif. Komunitas Penulis FAJAR jelas menjadi laboratorium penulis yang berkomitmen memacu inspirasi. Apalagi, inspirasi merupakan kekayaan jiwa.

Bugis Dictionary
      Selama berinteraksi dengan FAJAR, saya terobsesi agar media ini menjadi penjaga bahasa daerah, khususnya bahasa Bugis. FAJAR dapat merilis kamus online bertema FAJAR Bugis Dictionary. Apalagi, di dekade ini masyarakat tergantung pada bacaan versi digital. Sebab, memuat data klasik, kontemporer serta aktual.
      Kamus elektronik FAJAR Bugis Dictionary pasti bisa meraup popularitas optimal. Kategori ini sudah dibuktikan oleh Oxford English Dictionary. Versi online kamus setebal karung terigu itu memperoleh sekitar dua juta hits per bulan dari pelanggan. Padahal, kamus tersebut tak cuma-cuma. Pelanggan yang mengakses dikenakan iuran tahunan sebesar 300 Euro.
      FAJAR Bugis Dictionary pasti selaras dengan asas zaman digital yang menekankan kecepatan.  Di samping memperkaya kehidupan, juga FAJAR Bugis Dictionary laksana situs metro berisi artefak retro. Kamus online bahasa Bugis ini tentu diharap sebanding e-Books yang kian populer bersama perangkat seperti Apple iPad dan Amazon’s Kindle. Tidak dapat dimungkiri bahwa kemunculan iPad menandakan seluruh aksara cetak segera pudar bin punah dengan kecepatan ekstrem.
      Secara teori, sangat mudah bagi FAJAR menggagas FAJAR Bugis Dictionary. Maklum, pembaca enteng menyumbang kosakata. Kategori serupa telah dirasakan oleh Wikipedia. Pembaca acap melengkapi data-data yang dipublikasikan. Arkian, FAJAR Bugis Dictionary tak butuh segudang ahli kamus (lexicographers). Pasalnya, pembaca pasti tertarik memberikan lema bagi kamus online FAJAR Bugis Dictionary. Elemen ini makin bertenaga jika ditopang Komunitas Penulis FAJAR.
      Zaman emas serta puncak kejayaan era Social Network mutlak didayagunakan FAJAR. Komunitas Penulis FAJAR plus FAJAR Bugis Dictionary ibarat ceceran harta berdimensi sosial dan budaya. Komunitas Penulis FAJAR serta FAJAR Bugis Dictionary akan menjadi kebudayaan baru. Keduanya memperkaya pengetahuan masyarakat dan mahasiswa.

(Fajar, 9 Februari 2012)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kafilah

8

7

Wal-Mart.com USA, LLC
MagaZimple Theme
Wal-Mart.com USA, LLC
nGikLan Theme
Wal-Mart.com USA, LLC
OkeStore Theme
Wolpeper Theme
Hosting Unlimited Indonesia
Wal-Mart.com USA, LLC
Premium Wordpress Themes
Wal-Mart.com USA, LLC
Wal-Mart.com USA, LLC
Lapax Theme
IndoStore Theme
Hosting Unlimited Indonesia
Bizniz Theme
Wal-Mart.com USA, LLC
Wal-Mart.com USA, LLC