Kamis, 08 Maret 2012

Tasawuf Ajaran Thaghut

Tasawuf Ajaran Thaghut

Oleh Ayu Bella Fauziah
Bidan Puskesmas Panaikang

      Pada 2 Maret 2012, media ini mengekspos artikel bertajuk “Vaksinasi Bagi Pelaku Tasawuf” buah pena Adrian Jourdan Muslim. Inilah opini terbaik tentang kesesatan kebatinan Islam yang pernah dirilis Tribun Timur. Terima kasih untuk Tribun Timur yang punya kepedulian agar umat Islam tidak terjerumus bid’ah.
      Dr Abdullah al-Khaathir berfatwa perihal metodologi setan dalam menggoda kaum Muslim. Ada beberapa kategori yang dipakai setan untuk menggelincirkan umat Islam. Pertama, setan berupaya supaya manusia menjadi kafir atau musyrik. Kedua, setan membius manusia dengan bid’ah. Ketiga, setan menggiring manusia berbuat dosa besar (kabaair).
      Modus operandi setan yang paling menggoda yaitu menyibukkan manusia dengan bid’ah. Sufisme yang muncul 200 tahun sesudah Nabi Muhammad mangkat, tertoreh sebagai bid’ah paling memukau. Tasawuf memikat gara-gara menjunjung amal mafdhul (kurang utama). Sementara amal afdhal (lebih utama) diabaikan. Sufisme kemudian digembar-gemborkan sebagai jantung Islam.
      Bagaimana mungkin tasawuf dianggap jantung Islam jika paham tersebut timbul setelah dua abad kelahiran Islam. Ini bukti valid bin absah kalau sufisme tidak dikenal di zaman Rasulullah. Di samping itu, tidak ada hadis yang meriwayatkan Nabi Muhammad pernah melakoni tasawuf. Tiada pula tercantum kata sufisme dalam al-Qur’an!
      Malik bin Dinar bertutur: “Setan bermain-main dengan penganut zuhud sebagaimana anak-anak bermain bola”. Mereka terbuai hawa nafsu. Hingga, meyakini tata cara tasawuf sebagai ibadah. Padahal, yang mereka perbuat tiada lain kedurhakaan.
      Ibnul Jauzy, tokoh paling disegani dalam kemurnian akidah menilai sufisme sebagai talbis iblis (perangkap setan). Ia memandang bila tasawuf adalah ulah setan.

Shalawat Gadis
      Banyak buku mistik Islam yang keliru terhadap asal-muasal istilah sufi. Mereka menganggap cikal sufi berasal dari ahlush-shuffah (orang fakir yang menetap di bilik masjid). Kala itu, mereka yang tak memiliki keluarga serta harta menghadap kepada Rasulullah. Nabi Muhammad pun menyuruh sahabat membuat lorong (shuffah) di masjid. Di sana, ahlush-shuffah hidup dari sedekah. Nasib mereka berubah tatkala laskar Islam merebut kemenangan. Rasulullah membagi adil hasil rampasan perang.
     Dengan demikian, ahlush-shuffah tidak bertahun-tahun hidup miskin di lorong masjid. Andai berawal dari ahlush-shuffah, maka, istilah yang digunakan untuk pengikut sufisme ialah suffi, bukan sufi.
      Penganut tarekat Islam selalu menilai diri dekat dengan Tuhan. Mereka pun menanti mujizat pada dirinya. Ia membayangkan dapat berjalan di atas air. Berimajinasi diangkat angin untuk shalat di Masjid al-Haram, Mekah. Mereka lantas memanjatkan doa khusyuk jika rintangan menghadang. Ketika doanya tak mustajab, ia menggerutu. Menyesali diri mengapa Allah tidak mengabulkan permintaannya.
      Pada esensinya, doanya tak makbul karena ia musyrik. Mereka bukan abdi Sang Khaliq (man of Allah), namun, penentang Islam.
Pelaku tasawuf barangkali “manusia pilihan dewa”. Sebab, menghindari kelezatan dunia, tetapi, lancang terhadap al-Qur’an.
      Saat berjalan di sebuah lorong di Mekah, seseorang mengalunkan ayat-ayat suci al-Qur’an. Al-Hallaj yang berada di sisi orang tersebut berkoar. “Saya juga bisa membuat kalimat serupa itu”.
      Al-Hallaj dipandang manusia paling ingkar dan sinting. Soalnya, mengaku kalau dirinya menyatu dengan Allah. Biarpun termasuk makhluk durhaka, namun, ada saja segerombolan sufi tolol yang fanatik kepada Al-Hallaj.
      Sejumlah dusta sempat dilontarkan golongan sufi. Ibnu Thahir, misalnya, berceloteh: “Saya pernah melihat dara yang sangat jelita di Mesir. Allah bershalawat kepada gadis tersebut”.
      Abu Thalib al-Makky membual: “Allah menampakkan diri di dunia di depan para wali-Nya”. Harap dicamkan bahwa Maha Rasul Muhammad saja seumur hidupnya tidak pernah melihat Allah. Apalagi wali-wali sufi sesat selevel Al-Hallaj atau Al-Ghazali.
      Di ranah kebatinan Islam, nama Al-Ghazali mentereng. Ia sesumbar bahwa pelakon tasawuf yang sadar dapat menyaksikan para malaikat sekaligus roh nabi-nabi. Bahkan, orang sufi bisa mendengar suara mereka. Al-Ghazali sesungguhnya bukan cuma pembohong, tetapi, ia pun pengecut.
      Pada tarikh 491 Hijriah, armada Salib menginvasi kota Antokia. Mereka lalu merangsek ke kota Maarratu an-Nu’man di Suriah. Kota itu ludes diratakan dengan tanah. Sedangkan 100 ribu kaum Muslim dibunuh.
      Al-Ghazali tak ambil pusing atas tragedi maut yang menimpa umat Islam. Ia justru menyibukkan diri menggagas teori sufisme. Al-Ghazali ngeri memanggul senjata membela Islam. Ia lebih memilih menyendiri di gua guna menulis Ihya Ulumuddin yang sarat hadis batil.

Cowok Cool
      Pelaku sufi di era digital ini tidak sejorok di masa silam. Dulu, salikin (kafilah asketisisme) berpakaian compang-camping. Jenggot yang menggelepai di dagunya serampangan tanpa ditata. Mungkin tak punya sisir atau tidak memiliki duit membeli sisir. Barangkali pula sisir dianggap tak layak menyentuh berewoknya yang acak-acakan. Boleh jadi, ia pun khawatir sisir tersebut patah oleh cambang bauknya yang jelek.
      Siapa yang ditiru oleh sufi sampai tidak peduli terhadap dirinya? Rasulullah saja yang nabi, presiden serta panglima perang tetap merawat diri. Tiap pagi ia memerah susu kambing untuk diminum. Menjahit sandalnya yang putus. Bercengkerama dengan anak-anak. Bersenda-gurau dengan istri-istrinya. Bahkan, Nabi Muhammad berlomba lari dengan Siti Aisyah.
      Bila keluar rumah, Rasulullah tampil ala pria metroseksual. Ia mirip cowok cool yang janggutnya rapi, kumis dicukur seraya memercikkan parfum ke tubuh atletisnya. Abu Bakar as-Shiddiq dan Umar bin Khattab yang kerap mendampinginya, tak kalah macho. Keduanya menghias mata dengan celak.
      Nabi Muhammad yang super sibuk, tetap memperhatikan penampilan fisik. Sementara sufi ogah merawat jasmani. Ini menandaskan jika sufi tidak meneladani Rasulullah. Mereka menyiksa diri akibat talbis iblis.
      Komunitas sufi sukses digelincirkan oleh Thaghut. Sebagaimana diketahui, Thaghut merupakan julukan bagi makhluk sesembahan selain Allah. Thaghut identik dengan figur yang melampaui batas. Mereka berasal dari kalangan jin serta manusia.
      Thaghut antara lain setan, dajjal, penyihir, mursyid atau penguasa lalim. Di era Google+ ini, Thaghut dari mantan pemegang tampuk kuasa antara lain George Bush, Benjamin Netanyahu maupun Hosni Mubarak. Sedangkan Thaghut perusak Islam yakni Al-Hallaj, Al-Ghazali, Ibnu Arabi bersama antek-antek musyrik dan munafik
      “Tiadakah kamu memperhatikan. Orang munafik yang mengklaim diri beriman kepada al-Qur’an yang diwahyukan kepadamu serta Kitab-kitab yang diturunkan sebelum kamu? Hasrat mereka ialah memohon rekomendasi hukum kepada Thaghut. Padahal, sudah diperintahkan agar jangan percaya Thaghut. Setan bermaksud menyesatkan mereka sejauh-jauhnya dari kebenaran” (an-Nisa: 60).

(Tribun Timur, 9 Maret 2012)
http://makassar.tribunnews.com/2012/03/08/tasawuf-ajaran-thaghut

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Kafilah

8

7

Wal-Mart.com USA, LLC
MagaZimple Theme
Wal-Mart.com USA, LLC
nGikLan Theme
Wal-Mart.com USA, LLC
OkeStore Theme
Wolpeper Theme
Hosting Unlimited Indonesia
Wal-Mart.com USA, LLC
Premium Wordpress Themes
Wal-Mart.com USA, LLC
Wal-Mart.com USA, LLC
Lapax Theme
IndoStore Theme
Hosting Unlimited Indonesia
Bizniz Theme
Wal-Mart.com USA, LLC
Wal-Mart.com USA, LLC