Hipotesis
al-Qur'an Mengenai Unta
Oleh
Ayu Bella Fauziah
Peminat
Kajian al-Qur’an
Unta
merupakan hewan yang identik dengan syiar Islam. Dalam kehidupannya,
Nabi Muhammad memiliki beberapa unta. Qushwa adalah unta betina
Rasulullah yang paling mashur. Nama Qushwa bakal abadi sampai kiamat
karena menjadi tunggangan Nabi Muhammad saat hijrah ke Medinah.
Unta
Rasulullah juga ada yang bernama Adhba. Ketika mengetahui Nabi
Muhammad mangkat, ia teramat berduka. Unta itu lantas mogok makan.
Bujuk-rayu tak membuatnya mau makan. Secara tragis, nyawanya
akhirnya tidak terselamatkan. Ia memilih mati daripada berpisah
dengan Rasulullah, tuan segala umat.
Kalau Nabi
Muhammad punya unta, maka, Nabi Shalih pun demikian. Bahkan, unta
Nabi Shalih lebih heboh. Sebab, unta berwarna kuning madu miliknya
berasal dari Surga. “Wahai kaumku! Inilah unta betina dari
Allah. Mujizat bagimu yang membuktikan kebenaranku” (Hud:
64).
Para
penyembah bintang dari kaum Tsamud di Federasi Wadi al-Qura dengan
Ibu Kota Hijr (Mada’in Shalih), agaknya terusik oleh kehadiran unta
tersebut. Beberapa preman akhirnya menganiaya satwa dari Taman
Firdaus itu. Pada Rabu, 9 Shafar tahun 2100 sebelum Masehi, sembilan
cecunguk Arab Arabah menggorok batang leher unta tersebut.
“Mereka
menyembelih unta itu. Mereka berlaku congkak terhadap perintah
Tuhan” (al-A’raf:
77).
“Hai
Shalih! Datangkan azab Tuhanmu pada kami jika kamu memang
utusan-Nya”, tantang bandit Arabia Barat Laut tersebut kepada
Shalih Alaihissalam.
Sha’iqah
(kilat dahsyat) mendadak menggelegar disusul gempa bumi. Bunyinya
yang keras memekakkan telinga membuat preman-preman Tsamud langsung
mati di tempat. “Mereka
menjadi mayat-mayat yang tersungkur bergelimpangan di rumah
masing-masing” (al-A’raf:
78).
Desain Unta
“Tiadakah
mereka memperhatikan! Bagaimana unta diciptakan?” (al-Ghasyiah:
17). Allah dalam al-Quran menyuruh orang menyimak unta. Sebagaimana
diketahui, unta termasuk makhluk istimewa. Alhasil, binatang itu
dijuluki kapal gurun.
Tak ada
dalam diri unta yang tidak berfaedah bagi manusia. Harun Yahya
maupun H Fuad Hashem pernah mendeskripsikan unta secara indah pada
masing-masing tulisannya.
Sepanjang
sejarah peradaban di padang pasir, unta telah melayani hajat hidup
manusia. Tiga ribu tahun yang silam, unta menjadi alat transportasi
di Mesir.
Unta yang
menjadi ikon padang pasir merupakan hewan super. Ia sesuka hati
berjalan di gurun yang bersuhu 55 derajat Celcius. Unta enteng
bepergian jauh dengan durasi waktu berhari-hari. Tanpa makan serta
minum di tengah suhu 50 derajat Celcius, unta dapat bertahan hidup
selama delapan hari. Singa atau gajah sebagai duo raja rimba, pasti
sudah jadi bangkai dalam tempo sehari. Mobil yang dipakai pereli
Paris-Dakar malahan bisa ringsek tak keruan bila hendak mencoba
stamina unta di Sahara luas nan terik.
Tatkala
minum, unta dapat meneguk air setara dengan sepertiga bobot tubuhnya.
Air sekitar 130 liter tersebut ditenggak dalam waktu sepuluh menit.
Air yang diminumnya disimpan pada kantong di dinding perutnya.
Di gurun,
makanan yang tersedia biasanya kering, pahit dan berduri. Hingga,
satwa lain ogah meliriknya. Unta justru sebaliknya. Gigi serta
mulutnya manjur mencerna duri dengan mudah. Hampir semua menu ala
padang pasir cocok bagi perutnya. Bahkan, air jorok pun dilahapnya.
Usus perutnya bisa menyaring makanan pahit dan minuman kotor. Kalau
unta kelaparan, maka, ia punya persediaan. Punuk unta merupakan
cadangan makanan. Di bonggol, tersimpan 40 kilogram lemak.
Badai pasir
bukan alamat buruk bagi unta. Sekalipun butiran pasir beterbangan
membutakan mata sekaligus menyesakkan nafas, tetapi, unta tidak
terpengaruh. Pasalnya, mata unta dilindungi dua kelopak. Saat badai
datang, ia tak menutup mata dengan kelopak luar. Unta menutup mata
dengan kelopak dalam yang transparan. Hatta, ia tetap leluasa
melihat. Fungsinya semacam kacamata pelindung bagi manusia yang
tengah berpesiar. Di samping itu, unta memiliki bulu mata panjang
yang tebal. Desain tersebut mencegah debu menusuk mata. Sementara
hidung unta punya penutup khusus untuk menghalau terpaan butir-butir
pasir kala badai datang menerjang.
Unta
dilengkapi kaki yang panjang. Gunanya agar tubuhnya jauh dari
permukaan pasir yang panas. Selain itu, badannya pun tertutup bulu
lebat. Arkian, unta terlindungi dari sengatan matahari. Bulu
tebalnya menjadi pula jaket hangat di malam dingin yang mencucuk
tulang-belulang. Pada beberapa bagian, raga unta dilapisi kulit
pelindung yang tebal. Aspek tersebut untuk menjaga supaya unta tidak
kepanasan jika duduk.
Unta sulit
terperosok di pasir. Meski membawa muatan seberat 200 kilogram, ia
tetap stabil. Maklum, struktur telapak kakinya tergolong lebar.
Kaki jenjangnya dapat berlari cepat. Dalam sehari, ia bisa menempuh
jarak 300 kilometer.
Penggetok
Kepala
Unta dapat
melayani majikannya selama 40 tahun. Unta pun terkesan sabar serta
patuh. Di samping itu, tuannya tak repot mengikutinya berkat langkah
kaki unta tidak terburu-buru. Kecepatan jalannya sama dengan
manusia.
Pengelana
padang pasir yang tanpa bekal, tetap berpeluang hidup asal ditemani
unta betina. Soalnya, selama satu tahun sejak melahirkan, puting
makhluk andal tersebut mengeluarkan susu. Minuman bergizi tinggi itu
malahan mujarab sebagai obat tetes mata.
Daging unta
merupakan makanan lezat. Sedangkan kulit unta memiliki seabrek
manfaat. Kulitnya bisa dianyam sebagai atap, perisai tempur atau
sandal. Bulunya dijadikan tali. Sementara kuku unta dapat diracik
sebagai obat luka. Bahkan, diulek menjadi tepung atau adonan kue.
Tinja pasti
berkonotasi negatif. Unta ternyata perkecualian. Sebab, tahinya
bisa diolah menjadi bahan bakar. Kencingnya pun biasa digunakan
sebagai sampo.
Dr Faten
Abdul Rahman Khorshid, ilmuwan King Abdul Aziz University menengarai
bila partikel nano kemih unta sanggup melawan sel kanker. Air seni
unta mengandung zat alami yang mampu membasmi sel berbahaya. Kencing
unta efektif menjaga sel-sel sehat pada pasien pengidap kanker.
Bagaimana
dengan tulang unta? Faedahnya juga oke punya. Kalau ada tetangga
yang terlibat aliran sesat semacam tasawuf atau jaringan Islam
liberal, maka, getok kepalanya dengan tulang unta. Dijamin ia pasti
melolong menanggung sakit tak terperi. Coba saja!
“Kami
menjinakkan unta kepada kamu untuk menguasai dan menyembelihnya.
Rasa syukur semoga bergelayut dalam dirimu” (al-Hajj:
36).
(Cakrawala, Senin, 28 Mei 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar